Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

Wednesday, February 10, 2021

TOLERANSI BERAGAMA

 

Oleh Muhammad Fathoni

       Toleransi secara bahasa berasal dari bahasa latin "tolerare", yang berarti sabar dan menahan diri, tenggang rasa, dan tepo seliro.

     Toleransi juga dapat berarti suatu sikap saling menghormati  dan menghargai antarkelompok  atau  antarindividu  dalam masyarakat   atau   dalam   lingkup   lainnya.  

    Sikap toleransi dapat menghindarkan masyarakat  dari terjadinya  sikap membedakan pihak tertentu  karena adanya alasan perbedaan (diskriminasi), walaupun perbedaan itu adalah suatu kenyataan.

       toleransi beragama adalah sifat atau sikap saling menghargai antar umat yang berbeda agama. Memperkenankan masyarakat untuk dapat beribadah sesuai dengan ajaran agama dan kepercayannya masing-masing. Bukan mencampuradukan antar   ajaran  agama.

          manusia merupakan makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia mempunyai kecenderungan untuk sendiri dan merefleksikan kediriannya. Dan sebagai makhluk sosial manusia diwajibkan untuk mampu berinteraksi dengan yang   lainnya dalam  rangka memenuhi kebutuhan   hidupnya.  

1. Q.S. AL-KAFIRUN : 1-6

                قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ

          Artinya:

1.  Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,

2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,

5.dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

6.Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".

Penjelasan Ayat

Surat al-Kāfirūn diturunkan secara keseluruhan untuk menjawab tawaran dan ajakan dari tokoh-tokoh kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad saw..

Mereka antara lain: al-Walıd bin al-Mugırah, al-‘Αṣ bin Wā’il as-Sahmı, al-Aswad bin Abdul   Muṭalib,   dan   Umaiyyah   bin   Khalaf

          Kemudian Nabi Muhammad saw. berangkat menuju Masjidil Haram yang saat  itu  sedang  berkumpul  para  pembesar  Quraisy.  Nabi  berdiri  di  hadapan mereka membacakan surat al-Kāfirūn ini. Sehingga mereka berupaya mengubah siasat  dengan melakukan penindasan dan penyiksaan terhadap  Nabi dan para pengikutnya sehingga Nabi melakukan hijrah ke Madinah.

          Dalam  Surat  al-Kāfirūn ayat  1–2,  Allah  secara  tegas  menyatakan bahwa Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad saw. dan para pengikutnya bukan apa yang disembah orang-orang kafir, karena mereka menyembah tuhan yang memerlukan pembantu dan mempunyai anak. Sedangkan Nabi Muhammad saw. menyembah Tuhan yang tidak ada sekutu bagi-Nya; tidak mempunyai anak dan istri.

          Dalam ayat 3, Allah menambahkan pernyataan yang harus disampaikan kepada orang-orang kafir dengan menyatakan bahwa mereka tidak menyembah Tuhan yang didakwahkan Nabi Muhammad, karena sifat-sifat-Nya berlainan dengan sifat-sifat tuhan yang mereka sembah dan tidak mungkin dipertemukan antara kedua macam sifat tersebut.

          Pada   ayat   4-5   ditegaskan   bahwa   Nabi   Muhammad   saw.   memiliki konsistensi dalam pengabdian. Artinya, apa yang beliau sembah tidak akan berubah-ubah. Cara ibadah kaum muslimin berdasarkan petunjuk Allah swt., sedangkan cara beribadah orang kafir berdasarkan hawa nafsu.

          Melalui surat ini, Nabi Muhammad ingin mengajarkan kepada kita bahwa sebagai orang yang beriman, kita hendaknya mempunyai kepribadian yang teguh dan kuat yang tidak tergoyahkan oleh apapun.

          Pada ayat 6 dinyatakan adanya pengakuan eksistensi secara timbal balik, yaitu  untukmu  agamamu  dan  untukku  agamaku.  Dengan  demikian  masing- masing  dapat  melaksanakan  apa  yang  dianggapnya  benar  dan  baik,  tanpa memaksakan  pendapat  kepada  orang  lain  dan  sekaligus  tidak  mengabaikan keyakinan masing-masing

2. QS Yūnus [10]: 40 – 41

وَمِنۡهُم مَّن يُؤۡمِنُ بِهِۦ وَمِنۡهُم مَّن لَّا يُؤۡمِنُ بِهِۦۚ وَرَبُّكَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُفۡسِدِينَ وَإِن كَذَّبُوكَ فَقُل لِّي عَمَلِي وَلَكُمۡ عَمَلُكُمۡۖ أَنتُم بَرِيٓ‍ُٔونَ مِمَّآ أَعۡمَلُ وَأَنَا۠ بَرِيٓءٞ مِّمَّا تَعۡمَلُونَ

Artinya :

40.  Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.

41.  Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".

Penjelasan Ayat

          Pada ayat 40, Allah swt. menegaskan bahwa umat manusia di zaman Nabi Muhammad saw. terbagi menjadi dua kelompok; sebagian menerima al- Qur’an, mengikuti  ajaran Nabi Muhammad saw. dan mengambil manfaat dari risalah yang dibawanya, sebagian lagi mereka tidak beriman dan selalu mendustakan Nabi Muhammad. Dan Allah swt. lebih tahu tentang  orang- orang yang akan membawa kerusakan di muka bumi dengan kemusyrikan, kezaliman dan kedurhakaan, karena mereka tidak mempunyai kesiapan untuk beriman

           Ayat ke 41, Allah swt. memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk tegar dalam menghadapi orang-orang yang ingkar akan ajaran yang dibawanya. Beliau diperintahkan untuk menyatakan bahwa beliau tidak bertanggungjawab atas perbuatan mereka, dan merekapun tidak bertanggungjawab terhadap perbuatan beliau.

           Dengan kata lain ‚Bagiku pekerjaanku, bagimu pekerjaanmu‛. Segala perbuatan sekecil apapun pasti ada balasannya. Amal baik akan mendapatkan balasan yang baik, sebaliknya amal buruk akan mendapatkan keburukan pula.

          Yang dimaksud amalku (perbuatanku) adalah Nabi akan terus berdakwah, menyeru kepada kebaikan mengajarkan taat  kepada Allah swt., memberi kabar gembira kepada yang beriman, dan ancaman bagi orang-orang yang mendustakannya. Hasil dari amal beliaupun tidak  ada kaitannya  dengan orang-orang kafir.

           Sedangkan yang  dimaksud  amalmu (perbuatanmu)  adalah  orang-orang  kafir  diberi kebebasan untuk terus menerus mendustakan agama, tetap dalam kekufuran dan  syirik,  zalim  ataupun  berbuat  kerusakan.  Semua  amal  perbuatannya tidak ada kaitannya dengan amalan Nabi Muhammad saw.

3. QS al-Kahfi [18]: 29

وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمۡ سُرَادِقُهَاۚ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٖ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِي ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا

          Artinya:

29.  Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Penjelasan Ayat

          Ayat ini menegaskan kepada semua manusia, termasuk kaum musyrikin yang angkuh, bahwa kebenaran yang disampaikan kepada mereka itu berasal dari Allah. Kewajiban mereka adalah mengikuti kebenaran itu dan mengamalkannya.

          Barangsiapa yang mau beriman kepada-Nya dan masuk ke dalam barisan orang-orang yang beriman, maka hendaklah ia beriman. Sebab manfaat dan keuntungan dari keimanan itu akan kembali pada dirinya sendiri.

          Juga demikian halnya bagi siapa yang ingkar atau kafir, maka biarlah ia kafir, walau kaya dan jabatannya tinggi, Allah dan Nabi Muhammad tidak mengalami kerugian sedikipun.

          Ayat  tersebut  juga  menerangkan  tentang   kerugian  dan  kecelakaan akibat penganiayaan diri mereka. Allah  memberikan ancaman yang amat keras kepada mereka, yaitu akan melemparkan mereka ke dalam api neraka.

          Gejolak neraka akan mengepung mereka sehingga mereka tidak bisa keluar dan menghindar dari api, dan terpaksa menjalani siksaan. Jika mereka minta pertolongan dari ganasnya api neraka, mereka akan diberi minum dengan air seperti  cairan besi atau  minyak yang keruh yang mendidih dan tentu  akan menghanguskan  badan  mereka.  Dan  itulah  seburuk-buruk  minuman  dan tempat istirahat yang buruk.

4. QS al-Ḥujurāt [49]: 10-13

Penjelasan Ayat

          Pada ayat 10, Allah menegaskan bahwa walaupun kaum mukminin itu berbeda bangsa, etnis, bahasa, warna kulit, adat kebiasaan dan stratifikasi sosialnya, namun mereka satu dalam persaudaraan Islam. Sebab persaudaraan merupakan kunci sukses dalam menciptakan dan melestarikan tata  kehidupan masyarakat yang baik, terhormat dan bermartabat. 

          Al-Ittiḥādu Asās an-Najāḥ (Persatuan adalah dasar kesuksesan).

          Sebab turun (asbābun-nuzūl) QS al-Ḥujurāt ayat 11 adalah adanya seorang laki-laki yang mempunyai dua atau tiga nama panggilan. Orang itu sering dipanggil  dengan  panggilan  tertentu  yang  tidak  ia  senangi. 

          Ayat ini turun sebagai larangan menggelari orang lain dengan nama-nama yang tidak menyenangkan.

          Kandungan ayat 11 merupakan konsekuensi logis dari ayat 10, yaitu Allah swt.  menegaskan  bahwa  umat  Islam  tidak  boleh  saling  mengolok,  karena perilaku tersebut dapat menimbulkan kemarahan orang lain, atau orang merasa dihina  sehingga  akan  menimbulkan  pertengkaran  dan  perkelahian. 

          Orang mukmin tidak boleh saling mengolok, karena boleh jadi orang yang diperolok- olokkan itu lebih baik daripada orang yang mengolok-olok. Baik berupa ejekan, perkataan, sindiran ataupun kelakar yang merendahkan diri orang lain. Oleh karenanya, Allah  melarang sikap mengolok-olok itu agar terbina situasi persaudaraan, kesatuan dan persatuan di kalangan orang beriman

          Sebab turun  QS al-Ḥujurāt ayat  12 ini, sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu al-Munżir, berkenaan dengan Salmān al-Fārisi yang bila selesai makan, suka terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu, ada orang yang menggunjingkan sikap perbuatannya. Maka turunlah ayat ini, yang melarang seseorang mengumpat dan menceritakan aib orang lain.

          Dalam ayat ke-12 ini, Allah swt. melarang orang-orang yang beriman cepat berprasangka. Sebab sebagian prasangka adalah dosa yang harus dijauhi. Di samping itu, juga melarang untuk mencari-cari kesalahan orang lain, menggunjing atau  ghibah. Oleh karena itu,  Allah swt. memerintahkan  orang beriman untuk bertaqwa.

          QS  al-Ḥujurāt  ayat  13  menegaskan  kepada  manusia  bahwa  manusia diciptakan  Allah swt. dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Allah swt. Maha Kuasa dan Pencipta yang baik. Menciptakan manusia secara beragam, berbangsa, bersuku, dengan keanekaragaman dan kemajemukan manusia bukan untuk berpecah belah, saling merasa paling benar, melainkan untuk saling mengenal, bersilaturrahmi, berkomunikasi, saling memberi dan menerima.

          Sebab turun QS al-Ḥujurāt :13, sebagaimana riwayat dari Ibnu Abı Ḥātim al-Ḥākim adalah ketika Fatu Makkah (penaklukan kota Makkah), Bilāl naik ke atas Ka’bah untuk mengumandangkan azan. Beberapa orang berkata: ‚Apakah pantas budak hitam  ini azan di atas Ka’bah?‛,  dan berkatalah yang lainnya: Sekiranya Allah membenci orang ini, pastilah  Dia akan menggantikannya‛.

          Maka turunlah ayat ini yang menegaskan bahwa tidak ada diskriminasi dalam Islam, yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa, bukan ditentukan oleh warna kulit umpamanya.

Hadis nabi Tentang Toleransi Beragama

Penjelasan hadis

          Hadis ini menunjukkan tentang disyariatkannya berakhlak yang baik dan wajibnya menyayangi antar  sesama kaum muslimin.

          Hadis ini menerangkan tentang adab atau sopan santun dalam Islam ketika kita bergaul dengan anak muda atau orang tua, masing-masing memiliki hak yang pantas diberikan baginya. Terhadap yang lebih tua maka hendaklah kita menghormati dan memuliakannya.

          Adapun terhadap yang lebih muda maka hendaklah kita menyayangi  dan  lemah  lembut   kepadanya.  Mereka  perlu  dibimbing  dan dipenuhi kebutuhannya serta tidak menghukumnya apabila tidak sengaja melakukan kesalahan.

          Demikianlah Islam mengajarkan akhlak mulia, saling menghormati dan menyayangi antar  sesama muslim yang membuahkan rasa persaudaraan dan persatuan  di  antara  kaum  muslimin. 

          Hormat  menghormati  harus  dilakukan secara timbal balik (resiprokal). Tidak bisa dengan satu arah saja. Selain itu, agama Islam juga memerintahkan umat Islam untuk menyemai kebaikan dan mencegah kemungkaran.

 

MENGHINDARI PERGAULAN BEBAS DAN PERBUATAN KEJI

 MENGHINDARI PERGAULAN BEBAS DAN PERBUATAN KEJI

oleh Muhammad Fathoni

Pergaulan bebas merupakan salah satu penyebab rusaknya moral anak bangsa.

Mereka  merasa  bebas  tanpa   diperhatikan   oleh orang tua. Sehingga mereka kehilangan akhlak mulia yang seharusnya dimiliki oleh para calon pemimpin bangsa.

Berbagai hal negatif dapat mereka lakukan untuk memenuhi rasa bahagia. Pergaulan bebas menyebabkan anak kehilangan sikap sopan dan hanya mengikuti trend zaman

Dampak negatif dari pergaulan bebas yang berdampak besar bagi diri sendiri maupun keluarga yaitu hamil di luar nikah. Kurangnya sex education untuk remaja menjadi penyebab utamanya. 

Hamil sebelum menikah bahkan telah  terjadi pada anak usia Sekolah Dasar (SD). Mereka tidak mengetahui apa yang mereka lakukan dan juga dampak setelah mereka melakukan hal tersebut.

1. Q.S. AL-ISRA : 32

Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk (QS al-Isrā [17]:32).

Penjelasan Ayat

Menurut Imam  al-Qurṭubı, Allah menggunakan kalimat ‘Lā Taqrabū aż-Żinā / Janganlah kamu mendekati zina’, maknanya sangat mendalam, yaitu  segala  perbuatan  yang  mendekatkan  pelakunya ke tindakan  perzinaan adalah haram, terlebih zinanya itu sendiri yang sudah sangat jelas diharamkan

Imam Asy-Syaukani mengatakan pelarangan zina di dalam al-Qur'an  didahului  dengan  pengantar  kata  ‘janganlah kalian  mendekati’ menunjukkan bahwa segala kreativitas budaya yang mengorientasikan perilaku manusia menuju kemungkinan perzinahan tidaklah diperkenankan (diharamkan) oleh Allah

Hal-hal  yang  masuk  ke  dalam  kategori mengantarkan pelakunya kepada tindakan zina sangatlah banyak bentuknya, di antaranya adalah seperti khalwaṭ (berduaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan maram di   tempat sunyi atau tersembunyi), mengumbar aurat, pandangan mata yang liar dan pikiran atau hati yang kotor

karena zina menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka jahanam dan zina termasuk ke dalam dosa besar

2. QS. AN-NUR ; 2

ARTINYA :

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.

Penjelasan Ayat

Ayat ini menjelaskan tentang  bentuk hukuman dan tatacaranya bagi para pelaku zina.

Pelaku zina bisa jadi adalah seorang lajang yang belum menikah (gairu  muḥṣan) atau  yang  telah  menikah  dengan  pernikahan  yang  benar (menurut  syariat)  serta  ia adalah seorang yang balig dan berakal (muḥṣan).

Adapun hukuman bagi pezina gairu muḥṣan adalah 100 kali cambukan dan ditambah  dengan  diasingkan  dari  negerinya  selama  setahun

Sedangkan hukuman pezina yang sudah menikah (muḥṣan) adalah dirajam (dilempari batu).

Zina adalah persetubuhan dua alat kelamin dari jenis yang berbeda dan yang tidak  terikat  oleh akad nikah atau  kepemilikan, merupakan perlawanan terhadap  kehormatan. 

Sementara, hukum positif modern memberlakukan sanksi yang belum maksimal, seperti kurung penjara, terhadap perbuatan zina. Akibatnya, prostitusi dan kejahatan merajalela. Kehormatan seolah menjadi terinjak-injak. Selain itu, timbul juga berbagai penyakit dan ketidakjelasan keturunan.

Pelaksanaan hukum cambuk itu hendaknya dihadiri oleh sekelompok umat Islam, agar hukuman itu menjadi pelajaran bagi orang lain agar jera.

Islam sangat menghormati lima maslahah/ kepentingan yang diakui oleh syariat Islam, yaitu:

a. Memelihara jiwa;

b. Memelihara agama;

c. Memelihara akal pikiran;

d. Memelihara harta kekayaan;

e. Memelihara kehormatan.

Hadis Nabi tentang Zina

Artinya : “Kami telah diceritakan oleh Sa’id bin ‘Ufair dari al-Lais dari ‘Uqail dari Ibn Syihab dari Abu Bakr dari Abdurrahman dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi Muhammad saw. telah berkata: ‛Tidak akan berzina seorang pelacur di waktu berzina jika ia sedang beriman, dan tidak akan minum khamr di waktu minum jika ia sedang beriman, dan tidak akan mencuri di waktu mencuri ia sedang beriman‛. Dalam riwayat lain, ditambahkan:‛Dan tidak akan merampas rampasan yang berharga sehingga orang-orang membelalakkan mata kepadanya, ketika merampas ia sedang beriman‛.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Penjelasan Hadis

Keimanan merupakan landasan utama dalam hidup manusia. Jika imannya kuat, maka ia tidak akan tergoda oleh rayuan perbuatan dosa. Namun jika imannya lemah, maka ia akan mudah tergoda untuk melakukan perbuatan dosa.

Keimanan menjadi barometer dari perbuatan manusia.

Dalam hadis di atas, jika keimanan  seseorang  itu  kuat,  maka  ia  tidak  akan  mau  melakukan  empat perbuatan berikut: berzina, meminum minuman keras, mencuri dan merampas hak orang lain.

Begitu sebaliknya, bila seseorang melakukan empat perbuatan tersebut, maka dikatakan bahwa tidak sempurna nilai keimanannya

CARA   MENGHINDARI   PERGAULAN   BEBAS   DAN PERBUATAN KEJI

Hal-hal yang bisa memicu seseorang untuk  melakukan perbuatan  zina, di antaranya adalah:

1. Melihat aurat

Melihat aurat, baik laki-laki atau perempuan adalah haram hukumnya. Melihat aurat, baik secara langsung maupun tidak (seperti melalui video atau gambar) ternyata bisa menimbulkan dan membangkitkan gairah seksual. Gairah ini tidak salah apabila disalurkan sesuai hukum Islam. Namun, gairah ini bisa menjadi masalah jika disalurkan tidak sesuai dengan hukum Islam, seperti melamun yang tidak perlu, berpacaran, berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram-nya (suami atau istri). Melihat aurat bisa menjadi pemicu awal niatan untuk perbuatan zina. Inilah yang biasanya disebut dengan zina mata

2. Mendengarkan hal-hal yang mengundang hawa nafsu

 Selain melihat, mendengarkan hal-hal buruk, yang bisa mengundang hawa nafsu pun harus dihindari juga. Tidak menutup kemungkinan, dalam bergaul, di antara teman kalian pasti ada yang bercerita atau berbicara hal-hal yang buruk atau tidak senonoh. Banyak sekali lirik lagu yang isinya mengajak ke hal-hal buruk, seperti rayu-rayuan, pacaran, perselingkuhan, dan sebagainya. Jika hal- hal seperti  ini diperdengarkan terus  menerus, hal-hal yang buruk itu  seakan menjadi hal yang biasa. Dan biasanya bisa mengantarkan ke pelakunya untuk berkhayal dan berangan-angan yang tidak baik. Ini yang berbahaya dan harus dihindari. Oleh sebab itu, dengarkanlah banyak hal yang bermanfaat dan yang akan dapat mengajak kita untuk selalu ingat kepada Allah. dan Rasul-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

3. Pergaulan bebas laki-laki dan perempuan

Interaksi laki-laki dan perempuan ini dikatakan baik dan sehat apabila tidak melanggar aturan atau etika sosial, budaya dan agama.  Sebaliknya,  pergaulan  yang  tidak  mempedulikan  norma  atau  etika sosial, budaya dan  agama  adalah  pergaulan  bebas.  Ukuran  yang  ada  dalam pergaulan bebas adalah mengumbar hawa nafsu sesuka-sukanya, tanpa batas. Pergaulan bebas merupakan tipikal pergaulan yang biasanya berujung pada hal- hal yang mendekati zina (seperti Dugem/dunia gemerlap, konsumsi narkoba) atau bahkan zina itu sendiri.

4. Berduaan (khalwa) dengan lawan jenis yang bukan  mahramnya atau pacaran

Khalwat dalam bahasa Arab berarti berduaan di suatu tempat, dimana tidak ada orang lain atau adanya orang lain, namun pembicaraan mereka berdua  tidak  bisa  didengar  orang  lain.  Berdua-duaan  dengan  lawan  jenis mungkin sekarang dianggap sebagai hal yang biasa, dengan alasan bisnis, meeting, belajar kelompok dan lain-lain. Padahal, itu  sangat  berbahaya dan berpotensi untuk bisa menimbulkan fitnah dan  mengundang setan. Menimbulkan fitnah artinya bisa menyebabkan orang lain berprasangka buruk terhadap pelaku dan disebarkan ke orang lain, sehingga menjadi fitnah. Mengundang setan artinya mengundang perbuatan-perbuatan yang asusila. Apalagi jika berdua-duaan tersebut dilakukan dengan lawan jenis yang bukan mahram-nya.

Terima Kasih

 

HIDUP BERKAH DENGAN MENGHORMATI DAN MEMATUHI ORANG TUA DAN GURU

 

HIDUP BERKAH DENGAN MENGHORMATI DAN MEMATUHI ORANG TUA DAN GURU

Oleh : MUHAMMAD FATHONI

 

Istilah orang tua itu ada tiga.

Pertama adalah orang yang menyebabkan kita lahir, yaitu ayah dan ibu (orang tua biologis)

Kedua adalah orang yang mengajari kita berbagai ilmu pengetahuan, yaitu guru-guru kita baik guru yang mengajari kita pada saat kita masih kecil atau yang mengajari kita pada saat sudah dewasa. Biasanya guru disebut orang tua rohani (ideologis).

Ketiga adalah orang yang menyebabkan pasangan kita lahir, yaitu bapak dan ibu mertua atau orang yang lebih tua usianya dari kita (sosiologis). 

Ketiga sebutan untuk istilah orang tua itu wajib kita hormati karena jasa- jasanya yang sangat besar.

(QS.Al – Isra’ (17): 23-24)

  وَقَضٰى رَبُّكَ اَ لَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا  ۗ  اِمَّا يَـبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا   (23)    وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًا (24)            

Artinya:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”

(QS. Al-Isra’ : 23)

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (QS. Al-Isra’ :  24)

PENJELASAN AYAT

  • Akhlak dan adab sumbernya adalah wahyu yakni berupa al-Qur’an dan Sunah. Sedangkan budi pekerti, moral, dan sopan santun sumbernya adalah Filsafat
  • Ayat ini menjelaskan tentang iḥsān (bakti) kepada orang tua yang diperintahkan agama Islam adalah bersikap sopan kepada keduanya dalam ucapan dan perbuatan sesuai dengan adat kebiasaan masyarakat

Allah memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada ibu bapak, dan janganlah kita mengeluarkan kata-kata yang buruk kepada keduanya, sehingga kata-kata “ah” pun yang merupakan kata-kata buruk yang paling ringan tidak diperbolehkan

Allah memerintahkan untuk berbuat baik, bertutur sapa baik, dan berlaku sopan santun kepada kedua orang tua dengan rasa penuh hormat dan memuliakannya

QS. Luqmān [31]: 13 – 17

øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ   $uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ   bÎ)ur š#yyg»y_ #n?tã br& šÍô±è@ Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ Ÿxsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur Ÿ@Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ   ¢Óo_ç6»tƒ !$pk¨XÎ) bÎ) à7s? tA$s)÷WÏB 7p¬6ym ô`ÏiB 5AyŠöyz `ä3tFsù Îû >ot÷|¹ ÷rr& Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÷rr& Îû ÇÚöF{$# ÏNù'tƒ $pkÍ5 ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ì#ÏÜs9 ׎Î7yz ÇÊÏÈ   ¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ  

Artinya :

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS. Luqmān [31]: 13).

Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tu- anya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu (QS. Luqmān [31]: 14).

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (QS. Luqmān ; 15).

(Lukman berkata), ”Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha halus, Maha teliti (QS. Luqmān ; 16).

Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting (QS. Luqmān : 17).

Penjelasan ayat

Ayat 13 menjelaskan bahwa syarat untuk mendidik anak hendaknya dilandasi dengan lemah lembut dan kasih sayang.

Kata ‘iẓuhu diambil dari kata wa’ẓ yang bermakna  nasihat  yang  meyangkut  berbagai  kebajikan  dengan cara menyentuh hati, penyampaiannya yakni dengan lemah lembut, tidak membentak, dan panggilan sayang pada anak.

Kata bunayya mengisyaratkan kasih sayang.  Hal ini juga berlaku kepada para guru dalam mendidik para peserta didiknya.

ayat  14,  Allah  menggambarkan  kesusahan  seorang  ibu  dalam merawat anaknya, mengapa hanya jasa ibu yang  digambarkan     dengan  sedemikian  lemahnya? Karena  peranan  ibu  lebih  berat  dari  ayah,  mulai dari proses  mengandung, hingga melahirkan  dan menyapihnya.

Kata wahnan berarti kelemahan atau kerapuhan. Maksudnya  adalah ibu dalam kondisi sangat lemah saat mengandung anaknya.

Ayat 15 menjelaskan tentang larangan taat kepada orang tua dalam mendurhakai Allah dan nasihat Luqmān kepada anaknya tentang menolak segala bentuk kemusyrikan di manapun berada.

Ayat ini sekaligus memberitahu bahwa mempergauli keduanya dengan baik hanya dalam urusan dunia, bukan keagamaan. Seperti Nabi Ibrahim, dia tetap berlaku santun kepada bapaknya sekalipun pembuat berhala, namun Nabi Ibrahim tidak sependapat dalam hal akidah.

Pada ayat 16, terdapat kata laṭīf, yang memiliki arti lembut, halus, atau kecil.

Imām al-Gazālı menjelaskan bahwa yang berhak menyandang sifat ini hanyalah Allah. Dialah yang mengetahui perincian kemashlahatan dan seluk beluk rahasianya. Karena Dia selalu menghendaki kemaslahatan untuk makhluk-Nya.

Ayat ini menggambarkan kekuasaan Allah dalam menghitung amal manusia betapapun sedikitnya.

Ayat 17 menjelaskan tentang amar ma’rūf nahī munkar, yang puncak dan pangkalnya adalah salat, serta amal kebaikan yang tercermin adalah buah dari salat yang dilaksanakan dengan benar.

Kata ‘azm dari segi bahasa berarti kekuatan hati atau tekad.

Hadis Nabi

Dari Abū Hurairah dari Nabi Muhammad Saw., beliau: “Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka!” lalu beliau ditanya; “Siapakah yang celaka, ya Rasūlullāh ?” Jawab Nabi : “Barang siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari keduanya (namun ia tidak berbakti kepadanya dengan sebaik-baiknya), maka dia tidak akan masuk surga.” (HR. Muslim).

Penjelasan Hadis

Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim tersebut menjelaskan bahwa seseorang akan celaka ketika tidak berbakti kepada orang tua. Kata “Dia celaka” (رغم انف) diulang-ulang oleh Rasūlullāh sebanyak tiga kali menunjukkan bahwa celaka akan benar-benar terjadi kepada seseorang yang tidak berbakti kepada orang tua.

Hal ini juga menunjukkan betapa pentingnya berbakti kepada kedua orang tua terlebih lagi ketika kedua orang tua atau salah satu dari mereka masih hidup.

Hadis Nabi

Artinya

Aku mendengar ‘Abdullāh bin ‘Amr Ra. berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Nabi, lalu meminta izin untuk ikut berjihad. Maka beliau bertanya: “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Laki-laki itu menjawab: “Iya”. Maka beliau berkata: “Kepada keduanyalah kamu berjihad (berbakti)” (HR. al-Bukhārı dan Muslim).

Penjelasan Hadis Nabi

hadis ini menjelaskan bahwa berbakti kepada kedua orang tua memiliki nilai pahala yang sangat besar.

Nilai pahala berbakti kepada kedua orang tua oleh Rasūlullāh disamakan dengan nilai pahala jihad, berperang, dan melawan kaum kafir.

Perilaku Orang  yang Menghormati dan  Mematuhi Orang  dan Guru

Sikap dan perilaku pengamalan QS. al-Isrā’ [17]: 23-24.

1)      Selalu beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya.

2)      Membiasakan berbuat baik (iḥsān) kepada kedua orang tua.

3)      Membiasakan untuk tidak berkata-kata buruk kepada kedua orang tua.

4)      Selalu bersikap baik dan berlaku sopan santun kepada kedua orang tua dengan rasa penuh hormat dan memuliakannya.

5)      Selalu mendoakan orang tua sebagai ungkapan terima kasih seorang anak.

Sikap dan perilaku  pengamalan QS. Luqmān : 13-17

1)      Selalu mengesakan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun

2)      Selalu berbuat baik kepada kedua orang tua, terutama ibu, karena ia telah mengandung kita dalam kepayahan, melahirkan, merawat dan mendidik kita sebagai ungkapan terima kasih kepada mereka.

3)      Membiasakan diri untuk berbuat baik dan menaati orang tua sepanjang tidak untuk berbuat maksiat kepada Allah dan menyekutukan-Nya.

4)      Selalu berbuat baik, karena sekecil apapun perbuatan kita, baik maupun jelek, pasti akan mendapat balasan dari Allah

5)      Senantiasa menjalankan salat, amar ma’rūf nahī munkar, dan bersabar.

Sikap dan perilaku pengamalan hadis Nabi

1)      Selalu berbakti kepada orang tua terutama ketika mereka masih hidup, jika sudah tiadapun kita harus senantiasa mendo’akan mereka.

2)      Senantiasa berbakti kepada kedua orang tua karena nilai kebaikannya di sisi Allah disejajarkan dengan jihad.