Tuesday, February 9, 2021

KEOTENTIKAN AL QURAN

 

MEMAHAMI KEOTENTIKAN ALQURAN

Oleh : Muhammad Fathoni

Keotentikan Al-Qur’an

Dalam Surat al-Hijr ayat 9 Allah menjamin keotentikan dan kesucian serta kemurnian kitab suci al-Qur’an.

ِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ 

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

Kemurnian dan Keotentikan  al-Qur’an  selalu  terjaga  sejak saat diturunkan kepada Nabi Muhammad hingga  akhir  zaman  kelak.  Keindahan  bahasa  dan kandungan ajaran serta tuntunan hidup umat  manusia adalah salah satu kemukjizatan yang menjaminnya. Tidak akan ada satu pun manusia yang bisa menirunya. Al-Qur’an akan terus begitu adanya, kalimatnya dan bunyinya.

Dalam hal kandungan isinya, al-Qur’an mengajukan tantangan  kepada orang- orang kafir dan siapapun yang meragukan kebenarannya. Sejak dahulu, orang-orang kafir menuduh  bahwa  al-Qur’an  hanyalah  sejenis  mantera-mantera   tukang   tenung   dan kumpulan syair-syair. Mereka   mengira bahwa al-Qur’an adalah   karangan   Nabi Muhammad saw.

Tantangan al-Qur’an yang dimaksudkan antara lain adalah :

a.   Al-Qur’an   menantang   siapapun   yang   meragukan   kebenaran   al-Qur’an   untuk mendatangkan  semisalnya  secara  keseluruhan.  Hal  ini  terkandung  dalamQS at-Tur [52]: 33-34

إ فَلۡيَأۡتُواْ بِحَدِيثٖ مِّثۡلِهِۦٓ إِن كَانُواْ صَٰدِقِينَ أَمۡ خُلِقُواْ مِنۡ غَيۡرِ شَيۡءٍ أَمۡ هُمُ ٱلۡخَٰلِقُونَ 

33. Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya". Sebenarnya mereka tidak beriman.

34. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.

b.  Al-Qur’an menantang siapapun yang  meragukan kebenaran al-Qur’an   untuk mendatangkan 10 surah semisalnya. Hal ini terkandung dalam QS Hud [11] : 13

أَمۡ يَقُولُونَ ٱفۡتَرَىٰهُۖ قُلۡ فَأۡتُواْ بِعَشۡرِ سُوَرٖ مِّثۡلِهِۦ مُفۡتَرَيَٰتٖ وَٱدۡعُواْ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ 

13.  Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar".

c. Al-Qur’an menantang siapapun yang   meragukan kebenaran al-Qur’an untuk mendatangkan satu surah saja semisal al-Qur’an. Hal ini terkandung dalam QS al-Baqarah ayat 23

وَإِن كُنتُمۡ فِي رَيۡبٖ مِّمَّا نَزَّلۡنَا عَلَىٰ عَبۡدِنَا فَأۡتُواْ بِسُورَةٖ مِّن مِّثۡلِهِۦ وَٱدۡعُواْ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ 

23.  Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

Ketiga tantangan  menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah mukjizat. Terbukti hingga sekarang, belum ada satu pun manusia dan bahkan jin yang mampu membuat kalimat seindah al-Qur’an. Apalagi mampu memiliki kandungan makna dan berita yang lebih hebat  dari al-Qur’an. Hal ini membuktikan  bahwa al-Qur’an memang bukan buatan manusia, al-Qur’an adalah wahyu Allah swt..

Di saat sekarang tentu kita mengetahui, bahwa sering ada berita viral tentang al-Qur’an  yang  salah  cetak  atau  ada  kekeliruan.  Tentu  saja  kesalahan-kesalahan cetak ini sangat mudah diketahui karena banyaknya orang yang menghafalkan al- Qur’an. Informasi sejarah juga telah terbukti bahwa al-Qur’an terjaga kemurniannya. Al-Qur’an tidak dapat dipalsukan. Banyaknya para penghafal al-Qur’an adalah salah satu benteng penjaga kemurnian dan keotentikan al-Qur’an.

Para penghafal al-Qur’an tidak pernah putus generasi sejak pertama kali al- Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.. Cetakan-cetakan hingga kini terus dibuat, disimpan, diteliti dan diperbaharui sejak dahulu waktu wahyu disalin di atas batu, lembaran kulit binatang, pelepah kurma dan tulang-tulang.

Seluruh cetakan dan apa pun bentuk media yang menyimpan al-Qur’an saat ini, semuanya bersumber pada satu titik, yakni mushaf al-Qur’an yang selesai dikodifikasi  pada zaman Khalifah Usman bin Affan. Turun temurun  terus  dijaga secara mutawatir lintas zaman dalam berbagai media yang terus berkembang dan di hafalan-hafalan para penghafal al-Qur’an.

 

 

KEBENARAN PENURUNAN ALQURAN

KEBENARAN PENURUNAN AL-QUR’AN

Oleh : Muhammad Fathoni

1. PENGERTIAN TURUNNYA AL QUR’AN

       Secara majazi turunnya al-Qur’an diartikan sebagai pemberitahuan dengan cara dan sarana yang dikehendaki Allah swt.. sehingga dapat diketahui oleh para malaikat di lauhul mahfudz dan oleh nabi Muhammad di dalam hatinya yang suci.

       Adapun tentang kaifiyat turunnya al-Qur’an itu terjadi perbedaan antara para ulama

       a.   Al-Qur’an itu diturunkan ke langit dunia pada malam al-qadr sekaligus lengkap dari  awal  sampai akhir. Kemudian  diturunkan  berangsur-angsur  sesudah  itu dalam tempo 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun berdasarkan pada perbedaan yang terjadi tentang  berapa lama nabi bermukim di Mekkah sesudah beliau di angkat menjadi rasul. Pendapat ini berpegang pada riwayat At-Tabary dari Ibnu ‘Abbas beliau berkata‚ diturunkan al-Qur’an dalam lailatul  qadr dalam bulan Ramadan ke langit dunia sekaligus, kemudian dari sana (langit) diturunkan berangsur-angsur ke dunia‛.

       b. Al-Qur’an itu di turunkan ke langit dunia sebanyak 20 kali lailatul qadr dalam 20 tahun atau 23 kali lailatul qadr dalam 23 tahun atau 25 kali lailatul qadr dalam 25 tahun.  Pada tiap-tiap malam diturunkan ke langit dunia tersebut,  sekedar yang hendak di turunkan dalam tahun itu kepada Nabi Muhammad saw. dengan cara berangsur-angsur.

        c. Al-Qur’an itu permulaan turunnya ialah di malam al-qadr, kemudian diturunkan setelah itu dengan berangsur-angsur dalam berbagai waktu.

TURUNNYA AL QURAN

       Al-Qur’an diturunkan dalam waktu 22 tahun  2 bulan 22 hari, yaitu mulai dari malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai 9 Zulhijjah haji wada’ tahun  63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H. Permulaan turunnya al-Qur’an ketika Nabi bertahannus  (beribadah)  di  Gua  Hira. 

       Pada  saat  itu  turunlah  wahyu dengan perantara Jibril al-Amin dengan membawa beberapa ayat al-Qur’an. Surat yang pertama kali turun adalah surat al-‘Alaq ayat 1-5.

       Sebelum wahyu diturunkan telah turun sebagian irhas (tanda dan dalil) sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dengan sanad dari Aisyah yang menunjukkan akan datangnya wahyu dan bukti  nubuwwah bagi Rasul saw. yang mulia.

       Diantara  tanda-tanda  tersebut adalah mimpi yang benar di kala beliau tidur dan kecintaan beliau untuk menyendiri dan berkhalwat di Gua Hira untuk beribadah kepada Tuhannya.

PENGERTIAN PENULISAN AL-QUR’AN

       Penulisan al-Qur’an adalah proses penulisan al-Qur’an dari wahyu yang diterima Nabi Muhammad hingga selesai dikumpulkan dalam sebuah tulisan berupa mushaf (kitab berjilid) pada zaman Khalifah Usman bin Affan.

Penulisan dan pengumpulan al-Qur’an ini melewati tiga fase.

a.   Zaman Nabi

       Tahap pertama adalah zaman Nabi Muhammad saw. di mana pada tahap ini hafalan para sahabat lebih banyak berperan daripada tulisan-tulisan yang masih terpisah-pisah.

       Siapa saja di antara para sahabat yang mendengar satu ayat, maka akan langsung menghafalnya atau menuliskannya dengan sarana seadanya di pelepah kurma, potongan kulit, permukaan batu cadas atau tulang belikat unta. Jumlah para penghafal al-Qur’an sangat banyak.

b.   Zaman Sahabat Abu Bakar

       Pada zaman ini terjadi banyak peperangan yang mengakibatkan banyak para sahabat  penghafal  al-Qur’an  meninggal  dunia.  Di  antara  para  sahabat  pilihan penghafal  al-Qur’an  yang  meninggal  pada  perang  Yamamah  adalah  Salim  bekas budak Abu Hudzaifah di mana Rasulullah pernah memerintahkan para sahabat untuk mengambil pelajaran al-Qur’an darinya.

       Maka Abu Bakar r.a. memerintahkan untuk mengumpulkan al-Qur’an agar tidak hilang.

       Seusai perang Yamamah, sahabat Umar Ibn Khattab menyampaikan pendapat kepada  Abu  Bakar  untuk  menulis  ulang  dan  mengumpulkan  catatan-catatan   al-Qur’an yang masih terpisah-pisah. Namun Abu Bakar menolaknya, ia tidak ingin melakukannya  karena  takut dosa, tetapi akhirnya beliau memanggil Zaid Ibn Tsabit  dan memerintahkannya untuk menuliskan ulang catatan-catatan  al-Qur’an dalam sebuah mushaf.

       Mushaf tersebut  berada di tangan  Abu Bakar hingga dia wafat, kemudian dipegang oleh Umar hingga wafatnya, dan kemudian di pegang oleh Hafsah Binti Umar.

c.   Zaman Usman

       Periode ini adalah periode ketiga proses pengumpulan dan penulisan al- Qur’an. Banyak catatan  dan kumpulan-kumpulan catatan  al-Qur’an yang berbeda- beda  di  antara  para  sahabat.  Hal  itu  dikhawatirkan  akan  menjadi  fitnah,  maka Khalifah Usman bin Affan memerintahkan untuk mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut  menjadi satu  mushaf sehingga kaum muslimin  tidak  berbeda bacaannya yang bisa menyebabkan pertengkaran dan perpecahan.

       Kemudian Usman memerintahkan Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Az-Zubair, Sa’id   Ibn   al-‘Ash   dan   Abdurrahman   Ibnul   Harits   Ibn   Hisyam   r.a.   untuk menuliskannya kembali dan memperbanyaknya. Zaid Ibn Tsabit berasal dari kaum Anshar sementara tiga orang yang lain berasal dari Quraisy.

       Usman mengatakan kepada ketiganya : ‚Jika kalian berbeda bacaan dengan Zaid  Ibn  Tsabit  pada  sebagian  ayat  al-Qur’an,  maka  tuliskanlah  dengan  dialek Quraisy, karena al-Qur’an diturunkan dengan dialek tersebut!‛, merekapun lalu mengerjakannya dan setelah selesai, Usman mengembalikan mushaf itu kepada Hafshah dan mengirimkan hasil pekerjaan tersebut ke seluruh penjuru negeri Islam serta memerintahkan untuk membakar naskah mushaf al-Qur’an selainnya.

       Perbedaan antara pengumpulan yang dilakukan Usman bin ‘Affan dan pengumpulan  yang   dilakukan   Abu   Bakar   As-Siddiq   adalah  :   Tujuan   dari pengumpulan al-Qur’an di zaman Abu Bakar adalah menuliskan dan mengumpulkan keseluruhan ayat-ayat  al-Qur’an dalam satu  mushaf agar tidak  tercecer dan tidak hilang tanpa membawa kaum muslimin  untuk  bersatu  pada satu  mushaf;

       hal itu dikarenakan lebih terlihat pengaruh dari perbedaan dialek bacaan yang mengharuskannya membawa mereka untuk bersatu pada satu mushaf al-Qur’an saja.

       Sedangkan tujuan dari pengumpulan al-Qur’an di zaman Khalifah Usman r.a. adalah : Mengumpulkan dan menuliskan al-Qur’an dalam satu mushaf dengan satu dialek bacaan dan membawa kaum muslimin untuk bersatu pada satu  mushaf al-Qur’an karena timbulnya  pengaruh yang mengkhawatirkan  pada perbedaan dialek bacaan al-Qur’an.

        Hasil yang didapatkan dari pengumpulan ini terlihat dengan timbulnya kemaslahatan yang besar di tengah-tengah kaum muslimin, di antaranya : Persatuan dan kesatuan, kesepakatan bersama dan saling berkasih sayang. Kemudian mudarat yang besarpun bisa dihindari yang di antaranya adalah : Perpecahan umat, perbedaan keyakinan, tersebar luasnya kebencian dan permusuhan.

       Proses penulisan al-Qur’an menjadi sebuah mushaf utuh selesai pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

       Mushaf  al-Qur’an  tetap  seperti  itu  sampai  sekarang  dan  disepakati  oleh seluruh kaum muslimin serta diriwayatkan secara mutawatir. Dipelajari oleh anak- anak dari  orang  dewasa,  tidak  bisa  dipermainkan  oleh tangan-tangan  kotor  para perusak dan tidak sampai tersentuh oleh hawa nafsu orang-orang yang menyeleweng

 

ALQURAN KITABKU

AL QURAN KITABKU

Oleh : Muhammad Fathoni

 

1. Pengertian Al Quran (secara etimologi/bahasa)

a.  Menurut al-Lihyany (w. 215 H) dan segolongan ulama lain

Kata Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja qaraa artinya membaca, dengan perubahan bentuk kata/tasrif  (qaraa-yaqrau-quranan). Al Quran artinya yang dibaca.

Karena al-Qur’an itu dibaca maka dinamailah al-Qur’an. Kata tersebut selanjutnya digunakan untuk kitab suci yang diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw.

b.  Menurut Al-Asy’ari  (w. 324 H)

Kata Qur’an berasal dari lafaz qarana yang berarti menggabungkan sesuatu dengan yang lain. Kemudian kata tersebut dijadikan sebagai nama Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, mengingat bahwa surat-suratnya, ayat-ayatnya dan huruf-hurufnya beriring-iringan dan yang satu digabungkan kepada yang lain.

c.   Menurut Al-Farra’ (w. 207 H)

Kata al-Qur’an berasal dari lafad qaraainun merupakan bentuk jama’ dari kata qarinah yang berarti petunjuk atau indikator, mengingat bahwa ayat-ayat al-Qur’an satu sama lain saling membenarkan. Dan kemudian dijadikan nama bagi Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

d.  Menurut Az-Zujaj (w. 331 H)

Kata Qur’an itu kata sifat dari (Îíò. yang sewazan (seimbang) dengan kata Hĉäȯ  yang artinya âöĿ. (kumpulan). Selanjutnya kata tersebut digunakan se- bagai salah satu nama bagi kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., karena al-Qur’an terdiri dari sekumpulan surah dan ayat, memuat kisah- kisah, perintah dan larangan, dan mengumpulkan inti sari dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.

e.  Menurut Asy-Syafi’i (w. 204 H)

                Kata al-Qur’an adalah isim ’alam, bukan kata bentukan (isytiqaq) dari kata apapun dan sejak awal memang digunakan sebagai nama khusus bagi kitab suci yang diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagaimana halnya dengan nama-nama kitab suci sebelumnya yang memang merupakan nama khu- sus yang diberikan oleh Allah Swt. yaitu Zabur (Nabi Dawud as.), Taurat (Nabi Musa as.) dan Injil (Nabi Isa as.).

Pengertian Al Quran (secara terminologi / istilah)

a.  Syeikh Muhammad Khudari Beik

                “Al-Qur’an ialah lafaz (ϔirman Allah Swt.) yang berbahasa Arab, yang diturunkan kepada Muhammad saw., untuk dipahami isinya dan selalu diingat, yang disampaikan dengan cara mutawatir, yang ditulis dalam mushaf, yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.”

b.  Subkhi Salih

                “Al-Qur’an adalah kitab (Allah Swt.) yang mengandung mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., yang ditulis dalam mushaf-mushaf, yang disampaikan secara mutawatir, dan bernilai ibadah membacanya.”

c.   Syeikh Muhammad Abduh

                “Kitab (al-Qur’an) adalah bacaan yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang terpelihara di dalam dada orang yang menjaga(nya) dengan menghafalnya (yakni) orang-orang Islam.”

Unsur-unsur dalam pengertian Al Quran :

Al-Qur’an adalah firman atau Kalam Allah Swt.

Al-Qur’an terdiri dari lafal berbahasa Arab

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Al-Qur’an merupakan kitab Allah Swt. yang mengandung mu’jizat bagi Nabi Muhammad saw. yang diturunkan dengan perantara Malaikat Jibril.

Al-Qur’an disampaikan dengan cara mutawatir (berkesinambungan).

Al-Qur’an merupakan bacaan mulia dan membacanya merupakan ibadah.

Al-Qur’an   ditulis   dalam   mushaf-mushaf,   yang   diawali   dengan   surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas

Al-Qur’an   senantiasa   terjaga/terpelihara   kemurniannya   dengan   adanya sebagian orang Islam yang menjaganya dengan menghafal al-Qur’an.

2.   Nama-nama Al-Qur ’an

                Menurut As-Suyuti dalam kitab al-Itqan fi 'ulum al Qur'an menyebutkan bahwa al-Qur’an mempunyai 55 nama. Dalam Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, disebutkan ada 78 nama-nama bagi kitab suci al-Qur’an.

A. AL QURAN (bacaan, yang dibaca)

                Al-Qur’an merupakan nama yang paling populer dan paling sering dilekatkan pada kitab suci terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

B. AL KITAB (yang ditulis)

Al-Qur’an sering disebut sebagai Kitabullah artinya kitab suci Allah Swt. Al-Kitab juga bisa diartikan yang ditulis.

C. AL FURQAN (pembeda)

Al-Furqan artinya pembeda, maksudnya yang membedakan antara yang haq dan yang batil.

D. ADZ DZIKR (pemberi peringatan)

Ad-Dikr berarti pemberi peringatan, maksudnya yang memberi peringatan kepada  manusia.

E. AT TANZIL ( yang diturunkan)

At-Tanzil  artinya  yang  diturunkan,  maksudnya  al-Qur’an  diturunkan  oleh allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantaraan malaikat Jibril as. untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.

D.  Perilaku orang yang berpegang teguh pada ALQURAN

Al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam yang pertama. Setiap muslim berkewajiban untuk berpegang teguh kepada hukum-hukum yang terdapat di dalamnya agar menjadi manusia yang taat kepada Allah Swt., yaitu mengikuti segala perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangnannya.

Al-Qur’an memuat berbagai pedoman dasar bagi kehidupan umat manusia. Kita sebagai seorang Muslim harus meyakini tuntunan yang berkaitan dengan keimanan/akidah, yaitu ketetapan yang berkaitan dengan iman kepada Allah Swt., Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari akhir, serta Qadha dan Qadar.

Sebagai seseorang yang berpegang teguh kepada al-Qur’an kita harus memiliki budi pekerti yang luhur karena al-Qur’an berisikan tuntunan tentang akhlak, yaitu ajaran agar orang Muslim memilki budi pekerti yang baik serta etika kehidupan.

Sebagai seorang yang berpegang teguh kepada al-Qur’an kita harus melaksanakan ibadah karena al-Qur’an berisikan tuntunan yang berkaitan dengan ibadah, yakni shalat, puasa, zakat dan haji.

Sebagai seorang yang berpegang teguh kepada al-Qur’an kita harus bergaul dengan sesama dengan baik sebab al-Qur’an berisi tuntunan yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia dalam masyarakat