HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA
Oleh Muhammad Fathoni
v
Manusia adalah makhluk
Allah Swt. yang paling sempurna. Baik dilihat dari bentuk fisiknya ataupun
potensinya. Tidak ada yang bisa menandingi manusia. Oleh karenanya, manusia
berpotensi menjadi makhluk Allah Swt. yang paling mulia di alam semesta ini.
v
Bukan semata dilihat dari
aspek penampilannya, namun juga dari hakikat penciptaannya. Dari mulai proses
kehadirannya, hingga proses ketiadannya
1. QS. al-Mu’minūn [23] ayat 12-14
وَلَقَدۡ
خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ مِن سُلَٰلَةٖ مِّن طِينٖ (12)ثُمَّ جَعَلۡنَٰهُ نُطۡفَةٗ فِي قَرَارٖ مَّكِينٖ(13) ثُمَّ خَلَقۡنَا ٱلنُّطۡفَةَ عَلَقَةٗ
فَخَلَقۡنَا ٱلۡعَلَقَةَ مُضۡغَةٗ فَخَلَقۡنَا ٱلۡمُضۡغَةَ عِظَٰمٗا فَكَسَوۡنَا
ٱلۡعِظَٰمَ لَحۡمٗا ثُمَّ أَنشَأۡنَٰهُ خَلۡقًا ءَاخَرَۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ
أَحۡسَنُ ٱلۡخَٰلِقِينَ (14)
ARTINYA
12. Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian Kami jadikan saripati
(air mani) itu (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
Penjelasan Ayat
Proses penciptaan manusia
diuraikan mulai unsur pertamanya,
proses pertumbuhannya di dalam rahim, kemudian menjadi makhluk yang sempurna,
dan siap lahir menjadi seorang anak manusia.
Sebuah rangkaian proses yang
sekaligus menunjukkan keharusan adanya
kerjasama yang baik antara kedua orang tua
Pada ayat
12, dijelaskan bahwa manusia
diciptakan dari saripati
yang berasal dari
tanah.
Pada
ayat 13, dengan
kekuasaan Allah Swt. saripati yang berasal dari tanah tersebut dijadikan
menjadi nuthfah (air mani). Dalam istilah ilmu biologi, air mani seorang
laki-laki disebut dengan sel sperma dan air mani kaum perempuan disebut dengan
sel telur (ovum). Dan ketika bertemu dalam proses pembuahan, keduanya berada
dan tersimpan dalam tempat yang kokoh, yaitu rahim seorang perempuan.
pada ayat
14 dijelaskan bahwa
ketika telah berada dalam rahim seorang perempuan, dalam
waktu tertentu (40 hari), nuthfah tersebut berkembang menjadi ’alaqah
(segumpal darah), kemudian dalam kurun waktu tertentu pula (40 hari), ’alaqah
tersebut berubah menjadi mudghah (segumpal daging), lalu selama
kurun waktu tertentu (40 hari), mudghah
tersebut berubah menjadi
tulang-belulang yang terbungkus daging, dan
akhirnya tumbuh dan
berkembang menjadi anak
manusia,
disebutkan juga dalam ayat
tersebut (”kemudian Kami menjadikan dia makhluk yang berbentuk lain”).
2. Q.S. AN NAHL (16) : AYAT 78
وَٱللَّهُ
أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡٔٗا
وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفِۡٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ
تَشۡكُرُونَ
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Penjelasan Ayat
Pada ayat ini, Allah Swt.
menegaskan bahwa ketika seorang anak manusia dilahirkan ke dunia, dia tidak
tahu apa-apa. Dengan kekuasaan dan kasih sayang-Nya, manusia dibekali dengan
atribut pelengkap yang nantinya dapat berfungsi untuk mengetahui segala sesuatu
yang sebelumnya tidak pernah diketahui.
Atribut-atribut tersebut
ialah berupa tiga
unsur penting dalam proses pembelajaran bagi
manusia, yakni: pendengaran,
penglihatan dan hati/akal pikiran
pendengaran adalah unsur utama
yang pertama kali dipergunakan oleh orang yang akan belajar untuk memahami
segala sesuatu.
Maka ada ahli yang menyarankan
agar anak berkembang dengan kecerdasan yang tinggi dan kehalusan budi,
hendaknya selama di dalam kandungan, ia sering diperdengarkan musik klasik dan
irama-irama yang lembut. Atau kalau dalam konteks Islam, hendaknya bayi yang
ada dalam kandungan sang
ibu, sering diperdengarkan ayat-ayat
suci al- Qur’an, kalimah-kalimah thayyibah.
Karena diyakini bahwa
sang bayi dapat menangkap pesan
melalui pendengaran itu
yang diperkuat dengan penglihatan dan akhirnya
disimpan dalam hati
sebagai ilmu pengetahuan
Setelah manusia menyadari bahwa
ketika lahir tidak satupun yang bisa diketahui, kemudian atas kemurahan Allah
Swt. yang telah memberikan indera pendengaran, penglihatan dan hati-akal
pikiran, manusia bisa mengetahui segala sesuatu dalam hidupnya. Kesadaran
tersebut sudah seharusnya mendorong rasa bersyukur yang teramat besar kepada
Allah
3. QS al-Baqarah [2]: 30 -32
وَإِذۡ
قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ
قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ
نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا
تَعۡلَمُونَ (30)وَعَلَّمَ
ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ
أَنۢبُِٔونِي بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن
كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ (31)قَالُواْ
سُبۡحَٰنَكَ لَا عِلۡمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ
ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ (32)
Artinya :
30. Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
31. Dan Dia mengajarkan kepada
Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".
PENJELASAN AYAT
sebelum Allah Swt. menciptakan
manusia yang pertama, yakni Adam AS, hal
tersebut sudah disampaikan
kepada para malaikat.
Dalam ayat tersebut, terjadi
dialog antara Allah Swt. dengan malaikat. Allah
Swt. hendak menjadikan khalifah Allah
di muka bumi, yaitu manusia.
Apakah yang dimaksud khalifah itu?
Khalifah berarti pengganti, yang menggantikan, atau yang datang sesudah
siapa yang datang.
Khalifah ialah yang menggantikan
Allah Swt. dalam menegakkan hukum-hukum-Nya di muka bumi. Allah Swt. menunjuk
manusia sebagai khalifah karena kelebihan manusia dibandingkan makhluk
yang selainnya.
Dengan menunjuk manusia sebagai khalifah,
Allah Swt. Sekaligus bermaksud menguji kemampuan manusia dalam melaksanakan
amanah tersebut
Keberatan malaikat atas penciptaan manusia dapat
diasumsikan beberapa hal. ;
Pertama, berdasar kepada
pengalaman sebelum terciptanya manusia, ada
makhluk yang merusak
bumi dan menumpahkan darah.
Kedua, karena yang akan ditugaskan menjadi khalifah bukan malaikat, maka tentunya
makhluk baru ini berbeda dengan mereka yang senantiasa bertasbih dan memuji
Allah Swt.
Ketiga, bisa juga karena
dari penamaan Allah Swt. terhadap makhluk yang akan diciptakan dengan sebutan khalifah.
Padahal kata khalifah ini mengisyaratkan fungsi pelerai perselisihan dan
penegak hukum, sehingga dipastikan ada diantara mereka yang akan berbuat
kerusakan, perselisihan, dan pertumpahan darah.
pertanyaan malaikat itu dijawab singkat
oleh Allah : ”Sesungguhnya Aku (Allah) mengetahui apa yang kamu tidak ketahui”.
Jawaban Allah tersebut
menyiratkan manusia memang layak ditugasi sebagai khalifah di muka bumi,
karena kelebihannya dibandingkan makhluk lain termasuk dari malaikat.
Kelebihan yang sangat nyata
adalah adanya kelengkapan unsur penciptaan manusia, yaitu jasad fisik, dan ruh,
termasuk di dalamnya nafsu, dan yang terpenting adalah kelebihan akal pikiran yang
dikaruniakan Allah Swt.
kepada manusia.
4. QS. Az-Zariyat [51]: ayat 56
وَمَا
خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
PENJELASAN AYAT
Tujuan dari penciptaan jin dan manusia
adalah untuk beribadah kepada-Nya.
Beribadah berarti menyembah, mengabdi, menghamba,
tunduk, taat dan patuh terhadap segala yang dikehendaki-Nya. Ketundukan,
ketaatan, dan kepatuhan dalam kerangka ibadah tersebut harus menyeluruh dan
total, baik lahir
maupun batin. Sebab tujuan
dari ibadah adalah
untuk mencari ridha Allah Swt.
Secara garis besar, ibadah dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:
ibadah mahdah, yakni
ibadah yang ditetapkan ketentuan pelaksanaannya, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji; dan
ibadah ghair mahdah, yakni
ibadah yang belum ditetapkan
ketentuan secara khusus
dalam pelaksanaannya. Sebagai
contoh, ibadah dalam menyantuni fakir
miskin, berbuat baik, dan hal-hal lain dalam bentuk mu’amalah.
IMPLEMENTASI DARI HAKIKAT
PENCIPTAAN MANUSIA
Perilaku yang dapat diterapkan
sebagai pengahayatan dan pengamalan QS.
al- Mu’minūn [23]:12-14 ;
1)
Selalu sadar diri bahwa
kita diciptakan dari sesuatu yang hina.
2)
Senantiasa mengakui
kemahakuasaan Allah Swt.
yang menjadikan kita dari sesuatu
yang hina tersebut.
3)
Senantiasa bersyukur kepada
Allah Swt. yang telah menjadikan kita sebaik-baik bentuk
Perilaku yang dapat diterapkan
sebagai pengahayatan dan pengamalan QS.
al-Naḥl :78 ;
- Senantiasa mengakui kebesaran Allah Swt. yang
menganugerahi kita pendengaran, penglihatan, dan hati nurani.
- Selalu
bersyukur kepada Allah
Swt. atas kenikmatan yang
telah diberikan kepada
kita berupa pendengaran, penglihatan, dan
hati nurani.
Perilaku yang dapat diterapkan
sebagai pengahayatan dan pengamalan QS.
al-Baqarah [2]:30-32 ;
1)
Senantiasa mendiskusikan
segala sesuatu dengan yang lain sebelum diputuskan untuk melakukannya.
2)
Senantiasa menerima dengan
lapang dada kelebihan yang lain atas dirinya.
Perilaku yang dapat diterapkan
sebagai pengahayatan dan pengamalan QS.
az-Zariyat [51]: 56 ;
1)
Selalu beribadah hanya
kepada Allah baik dalam artian sempit maupun luas.
2)
Senantiasa mensyukuri
segala nikmat yang
Allah Berikan kepada kita yang dimanifestasikan
dengan beribadah kepada-Nya.