Wednesday, February 10, 2021

HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA

 HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA

Oleh Muhammad Fathoni

 

v  Manusia adalah makhluk Allah Swt. yang paling sempurna. Baik dilihat dari bentuk fisiknya ataupun potensinya. Tidak ada yang bisa menandingi manusia. Oleh karenanya, manusia berpotensi menjadi makhluk Allah Swt. yang paling mulia di alam semesta ini.

v  Bukan semata dilihat dari aspek penampilannya, namun juga dari hakikat penciptaannya. Dari mulai proses kehadirannya, hingga proses ketiadannya

1. QS. al-Mu’minūn [23] ayat 12-14

وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ مِن سُلَٰلَةٖ مِّن طِينٖ  (12)ثُمَّ جَعَلۡنَٰهُ نُطۡفَةٗ فِي قَرَارٖ مَّكِينٖ(13)  ثُمَّ خَلَقۡنَا ٱلنُّطۡفَةَ عَلَقَةٗ فَخَلَقۡنَا ٱلۡعَلَقَةَ مُضۡغَةٗ فَخَلَقۡنَا ٱلۡمُضۡغَةَ عِظَٰمٗا فَكَسَوۡنَا ٱلۡعِظَٰمَ لَحۡمٗا ثُمَّ أَنشَأۡنَٰهُ خَلۡقًا ءَاخَرَۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحۡسَنُ ٱلۡخَٰلِقِينَ  (14)

ARTINYA

12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.

13. Kemudian Kami jadikan saripati (air mani) itu (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

14.  Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

Penjelasan Ayat

Proses penciptaan manusia diuraikan mulai unsur pertamanya, proses pertumbuhannya di dalam rahim, kemudian menjadi makhluk yang sempurna, dan siap lahir menjadi seorang anak manusia. 

Sebuah rangkaian proses yang sekaligus  menunjukkan keharusan adanya kerjasama yang baik antara kedua orang tua

Pada  ayat  12,  dijelaskan  bahwa  manusia  diciptakan  dari  saripati yang  berasal  dari  tanah. 

Pada  ayat  13,  dengan  kekuasaan Allah Swt. saripati yang berasal dari tanah tersebut dijadikan menjadi nuthfah (air mani). Dalam istilah ilmu biologi, air mani seorang laki-laki disebut dengan sel sperma dan air mani kaum perempuan disebut dengan sel telur (ovum). Dan ketika bertemu dalam proses pembuahan, keduanya berada dan tersimpan dalam tempat yang kokoh, yaitu rahim seorang perempuan.

pada  ayat  14  dijelaskan  bahwa  ketika  telah  berada dalam rahim seorang perempuan, dalam waktu tertentu (40 hari), nuthfah tersebut berkembang menjadi ’alaqah (segumpal darah), kemudian dalam kurun waktu tertentu pula (40 hari), ’alaqah tersebut berubah menjadi mudghah (segumpal daging), lalu selama kurun waktu tertentu (40 hari), mudghah  tersebut  berubah  menjadi  tulang-belulang  yang  terbungkus daging,  dan  akhirnya  tumbuh  dan  berkembang  menjadi  anak  manusia,

disebutkan juga dalam ayat tersebut (”kemudian Kami menjadikan dia makhluk yang berbentuk lain”).

2. Q.S. AN NAHL (16) : AYAT 78

وَٱللَّهُ أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡٔٗا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفِۡٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ 

78.  Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Penjelasan Ayat

Pada ayat ini, Allah Swt. menegaskan bahwa ketika seorang anak manusia dilahirkan ke dunia, dia tidak tahu apa-apa. Dengan kekuasaan dan kasih sayang-Nya, manusia dibekali dengan atribut pelengkap yang nantinya dapat berfungsi untuk mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak pernah diketahui.

Atribut-atribut  tersebut  ialah  berupa  tiga  unsur  penting dalam proses pembelajaran   bagi   manusia,   yakni: pendengaran, penglihatan dan hati/akal pikiran

pendengaran adalah unsur utama yang pertama kali dipergunakan oleh orang yang akan belajar untuk memahami segala sesuatu.

Maka ada ahli yang menyarankan agar anak berkembang dengan kecerdasan yang tinggi dan kehalusan budi, hendaknya selama di dalam kandungan, ia sering diperdengarkan musik klasik dan irama-irama yang lembut. Atau kalau dalam konteks Islam, hendaknya bayi yang ada dalam  kandungan  sang  ibu,  sering  diperdengarkan  ayat-ayat  suci  al- Qur’an,  kalimah-kalimah  thayyibah.  Karena  diyakini  bahwa  sang  bayi dapat menangkap pesan melalui pendengaran itu

yang diperkuat dengan penglihatan dan  akhirnya  disimpan  dalam  hati  sebagai  ilmu pengetahuan

Setelah manusia menyadari bahwa ketika lahir tidak satupun yang bisa diketahui, kemudian atas kemurahan Allah Swt. yang telah memberikan indera pendengaran, penglihatan dan hati-akal pikiran, manusia bisa mengetahui segala sesuatu dalam hidupnya. Kesadaran tersebut sudah seharusnya mendorong rasa bersyukur yang teramat besar kepada Allah

3. QS al-Baqarah [2]: 30 -32

وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ  (30)وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبُِٔونِي بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ  (31)قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ لَا عِلۡمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ  (32)

Artinya :

30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

32.  Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".

PENJELASAN AYAT

sebelum Allah Swt. menciptakan manusia yang pertama, yakni Adam AS, hal   tersebut   sudah   disampaikan   kepada   para  malaikat.   Dalam   ayat tersebut, terjadi dialog antara Allah Swt. dengan malaikat. Allah  Swt.  hendak menjadikan khalifah   Allah  di muka bumi, yaitu manusia. 

Apakah yang dimaksud khalifah itu? Khalifah berarti pengganti, yang menggantikan, atau yang datang sesudah siapa yang datang.

Khalifah ialah yang menggantikan Allah Swt. dalam menegakkan hukum-hukum-Nya di muka bumi. Allah Swt. menunjuk manusia sebagai khalifah karena kelebihan manusia dibandingkan makhluk yang selainnya.

Dengan menunjuk manusia sebagai khalifah, Allah Swt. Sekaligus bermaksud menguji kemampuan manusia dalam melaksanakan amanah tersebut

Keberatan malaikat atas penciptaan manusia dapat diasumsikan beberapa hal. ;

Pertama, berdasar kepada pengalaman sebelum terciptanya manusia, ada makhluk  yang  merusak  bumi  dan menumpahkan darah. 

Kedua,  karena yang akan ditugaskan menjadi  khalifah bukan malaikat, maka tentunya makhluk baru ini berbeda dengan mereka yang senantiasa bertasbih dan memuji Allah Swt.

Ketiga, bisa juga karena dari penamaan Allah Swt. terhadap makhluk yang akan diciptakan dengan sebutan khalifah. Padahal kata khalifah ini mengisyaratkan fungsi pelerai perselisihan dan penegak hukum, sehingga dipastikan ada diantara mereka yang akan berbuat kerusakan, perselisihan, dan pertumpahan darah.

pertanyaan malaikat itu dijawab singkat oleh Allah : ”Sesungguhnya Aku (Allah) mengetahui apa yang kamu tidak ketahui”.

Jawaban Allah tersebut menyiratkan manusia memang layak ditugasi sebagai khalifah di muka bumi, karena kelebihannya dibandingkan makhluk lain termasuk dari malaikat.

Kelebihan yang sangat nyata adalah adanya kelengkapan unsur penciptaan manusia, yaitu jasad fisik, dan ruh, termasuk di dalamnya nafsu, dan yang terpenting adalah kelebihan  akal  pikiran  yang  dikaruniakan  Allah  Swt.  kepada  manusia.

4. QS. Az-Zariyat [51]: ayat 56

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ 

56.  Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

 

PENJELASAN AYAT

Tujuan dari penciptaan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya.

Beribadah berarti menyembah, mengabdi, menghamba, tunduk, taat dan patuh terhadap segala yang dikehendaki-Nya. Ketundukan, ketaatan, dan kepatuhan dalam kerangka ibadah tersebut harus menyeluruh dan total,  baik  lahir  maupun batin.  Sebab  tujuan  dari  ibadah  adalah  untuk mencari ridha Allah Swt.

Secara garis besar, ibadah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

ibadah  mahdah, yakni ibadah yang ditetapkan ketentuan pelaksanaannya, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji; dan

ibadah ghair mahdah, yakni ibadah yang belum   ditetapkan   ketentuan   secara   khusus   dalam   pelaksanaannya. Sebagai contoh, ibadah dalam  menyantuni fakir miskin, berbuat baik, dan hal-hal lain dalam bentuk mu’amalah.

IMPLEMENTASI DARI HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA

Perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengahayatan dan pengamalan QS. al- Mu’minūn [23]:12-14 ;

1)      Selalu sadar diri bahwa kita diciptakan dari sesuatu yang hina.

2)      Senantiasa  mengakui  kemahakuasaan  Allah  Swt.  yang  menjadikan kita dari sesuatu yang hina tersebut.

3)      Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. yang telah menjadikan kita sebaik-baik bentuk

Perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengahayatan dan pengamalan QS. al-Naḥl :78 ;

  1. Senantiasa mengakui kebesaran Allah Swt. yang menganugerahi kita pendengaran, penglihatan, dan hati nurani.
  2. Selalu  bersyukur  kepada  Allah  Swt.  atas  kenikmatan  yang  telah diberikan  kepada  kita  berupa  pendengaran,  penglihatan,  dan  hati nurani.

Perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengahayatan dan pengamalan QS. al-Baqarah [2]:30-32 ;

1)      Senantiasa mendiskusikan segala sesuatu dengan yang lain sebelum diputuskan untuk melakukannya.

2)      Senantiasa menerima dengan lapang dada kelebihan yang lain atas  dirinya.

 

Perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengahayatan dan pengamalan QS. az-Zariyat [51]: 56 ;

1)      Selalu beribadah hanya kepada Allah baik dalam artian sempit maupun luas.

2)      Senantiasa   mensyukuri   segala   nikmat  yang   Allah  Berikan kepada kita yang dimanifestasikan dengan beribadah kepada-Nya.

 

No comments:

Post a Comment