Oleh Muhammad Fathoni
• Toleransi secara bahasa
berasal dari bahasa latin "tolerare", yang berarti sabar dan menahan
diri, tenggang rasa, dan tepo seliro.
• Toleransi juga dapat
berarti suatu sikap saling menghormati
dan menghargai antarkelompok
atau antarindividu dalam masyarakat atau
dalam lingkup lainnya.
• Sikap toleransi dapat
menghindarkan masyarakat dari terjadinya
sikap membedakan pihak tertentu karena adanya alasan perbedaan
(diskriminasi), walaupun perbedaan itu adalah suatu kenyataan.
• toleransi beragama adalah
sifat atau sikap saling menghargai antar umat yang berbeda agama.
Memperkenankan masyarakat untuk dapat beribadah sesuai dengan ajaran agama dan
kepercayannya masing-masing. Bukan mencampuradukan antar ajaran
agama.
•
manusia merupakan makhluk
individu juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia mempunyai
kecenderungan untuk sendiri dan merefleksikan kediriannya. Dan sebagai makhluk
sosial manusia diwajibkan untuk mampu berinteraksi dengan yang lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
1. Q.S. AL-KAFIRUN : 1-6
قُلۡ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ وَلَآ أَنتُمۡ
عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ وَلَآ أَنتُمۡ
عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ
•
Artinya:
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah
apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan
yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5.dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6.Untukmu agamamu, dan
untukkulah, agamaku".
Penjelasan Ayat
Surat al-Kāfirūn diturunkan
secara keseluruhan untuk menjawab tawaran dan ajakan dari tokoh-tokoh kafir
Quraisy kepada Nabi Muhammad saw..
Mereka antara lain: al-Walıd bin
al-Mugırah, al-‘Αṣ bin Wā’il as-Sahmı, al-Aswad bin Abdul Muṭalib,
dan Umaiyyah bin
Khalaf
•
Kemudian Nabi Muhammad saw.
berangkat menuju Masjidil Haram yang saat
itu sedang berkumpul
para pembesar Quraisy.
Nabi berdiri di
hadapan mereka membacakan surat al-Kāfirūn ini. Sehingga mereka berupaya
mengubah siasat dengan melakukan
penindasan dan penyiksaan terhadap Nabi
dan para pengikutnya sehingga Nabi melakukan hijrah ke Madinah.
•
Dalam Surat
al-Kāfirūn ayat 1–2, Allah
secara tegas menyatakan bahwa Tuhan yang disembah oleh
Nabi Muhammad saw. dan para pengikutnya bukan apa yang disembah orang-orang kafir,
karena mereka menyembah tuhan yang memerlukan pembantu dan mempunyai anak.
Sedangkan Nabi Muhammad saw. menyembah Tuhan yang tidak ada sekutu bagi-Nya;
tidak mempunyai anak dan istri.
•
Dalam ayat 3, Allah
menambahkan pernyataan yang harus disampaikan kepada orang-orang kafir dengan
menyatakan bahwa mereka tidak menyembah Tuhan yang didakwahkan Nabi Muhammad,
karena sifat-sifat-Nya berlainan dengan sifat-sifat tuhan yang mereka sembah
dan tidak mungkin dipertemukan antara kedua macam sifat tersebut.
•
Pada ayat
4-5 ditegaskan bahwa
Nabi Muhammad saw.
memiliki konsistensi dalam pengabdian. Artinya, apa yang beliau sembah
tidak akan berubah-ubah. Cara ibadah kaum muslimin berdasarkan petunjuk Allah
swt., sedangkan cara beribadah orang kafir berdasarkan hawa nafsu.
•
Melalui surat ini, Nabi
Muhammad ingin mengajarkan kepada kita bahwa sebagai orang yang beriman, kita
hendaknya mempunyai kepribadian yang teguh dan kuat yang tidak tergoyahkan oleh
apapun.
•
Pada ayat 6 dinyatakan
adanya pengakuan eksistensi secara timbal balik, yaitu untukmu
agamamu dan untukku
agamaku. Dengan demikian
masing- masing dapat melaksanakan
apa yang dianggapnya
benar dan baik,
tanpa memaksakan pendapat kepada
orang lain dan
sekaligus tidak mengabaikan keyakinan masing-masing
2. QS Yūnus [10]: 40 – 41
وَمِنۡهُم
مَّن يُؤۡمِنُ بِهِۦ وَمِنۡهُم مَّن لَّا يُؤۡمِنُ بِهِۦۚ وَرَبُّكَ أَعۡلَمُ
بِٱلۡمُفۡسِدِينَ وَإِن كَذَّبُوكَ فَقُل لِّي عَمَلِي وَلَكُمۡ عَمَلُكُمۡۖ
أَنتُم بَرِيُٓٔونَ مِمَّآ أَعۡمَلُ وَأَنَا۠ بَرِيٓءٞ مِّمَّا تَعۡمَلُونَ
Artinya :
40. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman
kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman
kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
41. Jika mereka mendustakan kamu, maka
katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri
terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu
kerjakan".
Penjelasan Ayat
•
Pada ayat 40, Allah swt.
menegaskan bahwa umat manusia di zaman Nabi Muhammad saw. terbagi menjadi dua
kelompok; sebagian menerima al- Qur’an, mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw. dan mengambil
manfaat dari risalah yang dibawanya, sebagian lagi mereka tidak beriman dan
selalu mendustakan Nabi Muhammad. Dan Allah swt. lebih tahu tentang orang- orang yang akan membawa kerusakan di
muka bumi dengan kemusyrikan, kezaliman dan kedurhakaan, karena mereka tidak
mempunyai kesiapan untuk beriman
•
Ayat ke 41, Allah swt. memerintahkan kepada
Nabi Muhammad saw. untuk tegar dalam menghadapi orang-orang yang ingkar akan
ajaran yang dibawanya. Beliau diperintahkan untuk menyatakan bahwa beliau tidak
bertanggungjawab atas perbuatan mereka, dan merekapun tidak bertanggungjawab
terhadap perbuatan beliau.
•
Dengan kata lain ‚Bagiku pekerjaanku, bagimu
pekerjaanmu‛. Segala perbuatan sekecil apapun pasti ada balasannya. Amal baik
akan mendapatkan balasan yang baik, sebaliknya amal buruk akan mendapatkan
keburukan pula.
•
Yang dimaksud amalku
(perbuatanku) adalah Nabi akan terus berdakwah, menyeru kepada kebaikan
mengajarkan taat kepada Allah swt.,
memberi kabar gembira kepada yang beriman, dan ancaman bagi orang-orang yang
mendustakannya. Hasil dari amal beliaupun tidak
ada kaitannya dengan orang-orang
kafir.
•
Sedangkan yang
dimaksud amalmu
(perbuatanmu) adalah orang-orang
kafir diberi kebebasan untuk
terus menerus mendustakan agama, tetap dalam kekufuran dan syirik,
zalim ataupun berbuat
kerusakan. Semua amal
perbuatannya tidak ada kaitannya dengan amalan Nabi Muhammad saw.
3. QS al-Kahfi [18]: 29
وَقُلِ
ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ
إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمۡ سُرَادِقُهَاۚ وَإِن
يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٖ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِي ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ
ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا
•
Artinya:
29. Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya
dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah
sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka.
Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air
seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
Penjelasan Ayat
•
Ayat ini menegaskan kepada
semua manusia, termasuk kaum musyrikin yang angkuh, bahwa kebenaran yang
disampaikan kepada mereka itu berasal dari Allah. Kewajiban mereka adalah
mengikuti kebenaran itu dan mengamalkannya.
•
Barangsiapa yang mau
beriman kepada-Nya dan masuk ke dalam barisan orang-orang yang beriman, maka
hendaklah ia beriman. Sebab manfaat dan keuntungan dari keimanan itu akan
kembali pada dirinya sendiri.
•
Juga demikian halnya bagi
siapa yang ingkar atau kafir, maka biarlah ia kafir, walau kaya dan jabatannya
tinggi, Allah dan Nabi Muhammad tidak mengalami kerugian sedikipun.
•
Ayat tersebut
juga menerangkan tentang
kerugian dan kecelakaan akibat penganiayaan diri mereka.
Allah memberikan ancaman yang amat keras
kepada mereka, yaitu akan melemparkan mereka ke dalam api neraka.
•
Gejolak neraka akan
mengepung mereka sehingga mereka tidak bisa keluar dan menghindar dari api, dan
terpaksa menjalani siksaan. Jika mereka minta pertolongan dari ganasnya api
neraka, mereka akan diberi minum dengan air seperti cairan besi atau minyak yang keruh yang mendidih dan tentu akan menghanguskan badan
mereka. Dan itulah
seburuk-buruk minuman dan tempat istirahat yang buruk.
4. QS al-Ḥujurāt [49]: 10-13
Penjelasan Ayat
•
Pada ayat 10, Allah
menegaskan bahwa walaupun kaum mukminin itu berbeda bangsa, etnis, bahasa,
warna kulit, adat kebiasaan dan stratifikasi sosialnya, namun mereka satu dalam
persaudaraan Islam. Sebab persaudaraan merupakan kunci sukses dalam menciptakan
dan melestarikan tata kehidupan
masyarakat yang baik, terhormat dan bermartabat.
•
Al-Ittiḥādu Asās
an-Najāḥ (Persatuan adalah dasar kesuksesan).
•
Sebab turun (asbābun-nuzūl)
QS al-Ḥujurāt ayat 11 adalah adanya seorang laki-laki yang mempunyai dua atau
tiga nama panggilan. Orang itu sering dipanggil
dengan panggilan tertentu
yang tidak ia
senangi.
•
Ayat ini turun sebagai
larangan menggelari orang lain dengan nama-nama yang tidak menyenangkan.
•
Kandungan ayat 11 merupakan
konsekuensi logis dari ayat 10, yaitu Allah swt. menegaskan
bahwa umat Islam
tidak boleh saling
mengolok, karena perilaku
tersebut dapat menimbulkan kemarahan orang lain, atau orang merasa dihina sehingga
akan menimbulkan pertengkaran
dan perkelahian.
•
Orang mukmin tidak boleh
saling mengolok, karena boleh jadi orang yang diperolok- olokkan itu lebih baik
daripada orang yang mengolok-olok. Baik berupa ejekan, perkataan, sindiran
ataupun kelakar yang merendahkan diri orang lain. Oleh karenanya, Allah melarang sikap mengolok-olok itu agar terbina
situasi persaudaraan, kesatuan dan persatuan di kalangan orang beriman
•
Sebab turun QS al-Ḥujurāt ayat 12 ini, sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu
al-Munżir, berkenaan dengan Salmān al-Fārisi yang bila selesai makan, suka
terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu, ada orang yang menggunjingkan sikap
perbuatannya. Maka turunlah ayat ini, yang melarang seseorang mengumpat dan
menceritakan aib orang lain.
•
Dalam ayat ke-12 ini, Allah
swt. melarang orang-orang yang beriman cepat berprasangka. Sebab sebagian
prasangka adalah dosa yang harus dijauhi. Di samping itu, juga melarang untuk
mencari-cari kesalahan orang lain, menggunjing atau ghibah. Oleh karena itu, Allah swt. memerintahkan orang beriman untuk bertaqwa.
•
QS al-Ḥujurāt
ayat 13 menegaskan
kepada manusia bahwa
manusia diciptakan Allah swt.
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Allah swt. Maha Kuasa dan
Pencipta yang baik. Menciptakan manusia secara beragam, berbangsa, bersuku,
dengan keanekaragaman dan kemajemukan manusia bukan untuk berpecah belah,
saling merasa paling benar, melainkan untuk saling mengenal, bersilaturrahmi,
berkomunikasi, saling memberi dan menerima.
•
Sebab turun QS al-Ḥujurāt
:13, sebagaimana riwayat dari Ibnu Abı Ḥātim al-Ḥākim adalah ketika Fatḥu
Makkah (penaklukan kota Makkah), Bilāl naik ke atas Ka’bah untuk
mengumandangkan azan. Beberapa orang berkata: ‚Apakah pantas budak hitam ini azan di atas Ka’bah?‛, dan berkatalah yang lainnya: Sekiranya Allah
membenci orang ini, pastilah Dia akan
menggantikannya‛.
•
Maka turunlah ayat ini yang
menegaskan bahwa tidak ada diskriminasi dalam Islam, yang paling mulia adalah
yang paling bertaqwa, bukan ditentukan oleh warna kulit umpamanya.
Hadis nabi Tentang Toleransi
Beragama
Penjelasan hadis
•
Hadis ini menunjukkan
tentang disyariatkannya berakhlak yang baik dan wajibnya menyayangi antar sesama kaum muslimin.
•
Hadis ini menerangkan
tentang adab atau sopan santun dalam Islam ketika kita bergaul dengan anak muda
atau orang tua, masing-masing memiliki hak yang pantas diberikan baginya.
Terhadap yang lebih tua maka hendaklah kita menghormati dan memuliakannya.
•
Adapun terhadap yang lebih
muda maka hendaklah kita menyayangi
dan lemah lembut
kepadanya. Mereka perlu
dibimbing dan dipenuhi
kebutuhannya serta tidak menghukumnya apabila tidak sengaja melakukan
kesalahan.
•
Demikianlah Islam
mengajarkan akhlak mulia, saling menghormati dan menyayangi antar sesama muslim yang membuahkan rasa
persaudaraan dan persatuan di antara
kaum muslimin.
•
Hormat menghormati
harus dilakukan secara timbal
balik (resiprokal). Tidak bisa dengan satu arah saja. Selain itu, agama Islam
juga memerintahkan umat Islam untuk menyemai kebaikan dan mencegah kemungkaran.